Lowongan Kerja Online

Celengan Bromo

Sudah satu bulan Amira terpilih menjadi bendahara kelas di kelas 5 Bromo. Uang yang terkumpul sudah lumayan banyak. Lima ratus rIbu lebih. Uang yang dikumpul, kata Pak Guru Firman, akan digunakan murid-murid kelas 5 Bromo untuk biaya perjalanan berkunjung ke Kampung Naga.


Agar tidak berceceran, uang itu Amira simpan dalam sebuah celengan bulat bergambar Gunung Bromo. Agar lebih aman, celengan Bromo itu Amira simpan di tempat yang sangaaat tersembunyi... Stt… rahasia ya.. Celengan itu Amira simpan di bawah kasur.



Suatu hari, usai pulang sekolah, Amira dan teman-teman bermain ke toko buku. Di sana banyak buku-buku lucu, tas-tas cantik, sepatu-sepatu indah dan banyak lagi. “Uh, aku jadi pengen,” ucap Amira dalam hati.

Soalnya, buku-buku yang Amira punya sudah lapuk terkena hujan. Tas gendong pink yang Amira punya juga penuh jahitan dan tambalan. Lihat deh sepatu Amira.. huhuhu.. sol sepatunya sudah mau lepas.


Coba aku punya uang… pikir Amira. Hm.. diam-diam ia teringat celengan Bromo. “Kalau uang itu aku pakai…” gumam Amira saat berjalan sendiri sambil membayangkan ia memakai tas dan sepatu baru.

“Uh! Tidak! Uang itu kan bukan punyaku!” Amira menguatkan diri agar tetap bersabar. Tapi… tas dan sepatu baru selalu membayangi pikiran Amira.


Beberapa hari kemudian, Amira memberanikan diri berkata pada Ibu bahwa ia ingin sekali tas dan sepatu baru. “Aku pengen tas baru Bu,” ucap Amira saat menemani Ibu membuat kue untuk dijual di pasar pagi hari sebelum berangkat sekolah.


Ibu tersenyum. “Iya… Kalau Ibu ada rezeki, siang ini Ibu belikan tas dan sepatu baru buat kamu.”


“Benar Bu?” Tanya Amira tidak percaya.


“Iya,” jawab Ibu meyakinkan.

Widiiih… senangnya Amira. Hari ini Amira belajar di sekolah dengan penuh semangat. Tidak sabar rasanya ingin segera pulang agar bisa secepatnya bertemu Ibu.


Sesampai di rumah, Amira mencari-cari Ibu. Namun… Oalaah.. bukannya kabar gembira yang Amira terima, malah sebuah berita duka. Kata Ayah, saat membeli akan membeli tas dan sepatu baru, seorang pengemudi motor ngebut tidak sengaja menabrak Ibu.


Amira sangat sedih. Hampir seharian Amira menangis. Amira semakin sedih saat tak sengaja mendengar pembicaraan Ayah dengan suster bahwa Ibu belum bisa diobati sebelum biaya rumah sakit dilunasi.


Apa aku gunakan saja uang dalam celengan Bromo untuk biaya berobat Ibu ya? pikir Amira. 


Setelah berfikir semalaman, esok paginya, Amira mengambil palu dari dapur dan PRAAANK!!... Celengan Bromo pecah. Uang dari celengan Bromo itu kemudian Amira kasihkan pada Ayah.


“Uang apa ini?!” Ayah terkejut sekali melihat Amira membawa uang sebanyak itu.


“Ini uang dari celengan Bromo, Yah. Uang kas kelas. Sengaja Amira pecahkan untuk biaya berobat Ibu.”


Ayah terdiam kemudian tersenyum. “Terimakasih Amira sudah berniat baik membantu biaya berobat Ibu. Hanya saja, uang itu pastinya ditipkan kepada Amira karena pak guru dan teman-teman percaya pada Amira, kan? Percaya bahwa Amira adalalah anak baik yang jujur dan bertanggung jawab.

Kalau kita mengambil uang itu untuk biaya berobat Ibu, ayah khawatir kamu tidak akan dianggap sebagai anak jujur dan bertanggung jawab lagi. Mereka akan menganggap Amira anak nakal. Dan mungkin mereka tidak akan pernah percaya lagi pada Amira.”


“Ketika kita memegang uang titipan orang lain, kadang kala Tuhan sering menguji kita dengan berbagai hal. Termasuk musibah seperti ini. Tuhan hanya ingin tahu, apakah kita akan tetap jujur dan bertanggung jawab atau tidak. Kalau kita tetap jujur dan bertanggung jawab, maka kita telah lulus ujian Tuhan. Kalau kita mau bersabar sedikit dan terus berusaha, yakinlah Amira, Tuhan pasti menolong kita”


Ayah mengelus-elus kepala Amira. “Ok?” kata Ayah sambil tersenyum.


Amira mengangguk-angguk.


Akhirnya, dengan wajah dan hati yang masih sangat sedih, Amira berangkat menuju sekolah.


Hmm… Wajah sedih Amira rupanya mengundang kecurigaan Pa Guru Firman, guru wali kelas Amira. Diam-diam Pak Guru Firman bertanya pada Ayah, mencari tahu kenapa sih hari ini Amira terlihat murung sekali.


Oalah.. betapa terkejutnya Pak Guru Firman saat mendengar musibah yang menimpa Ibu Amira. Tanpa sepengetahuan Amira dan Ayah, Pak Guru Firman mengumpulkan guru-guru dan meminta kesediaan guru-guru untuk membantu biaya berobat Ibu Amira.


Hmm.. Kalau Amira tahu kabar ini, pasti Amira akan senang sekali ya. Amira akan semakin yakin untuk tetap menjaga celengan Bromo.

Tapi, sttt… ini rahasia… Siang ini usai pulang sekolah, Amira dan Ayah akan tahu kabar indah ini. Dan Amira akan meloncat-loncat senang karena Ibu bisa cepat sembuh.

###

Senang dengan cerita di atas? Mau beragam cerita anak lainnya sebagai inspirasi kisah berhikmah? Yok langganan artikel blog ini. Gratis!

Caranya gampang Tinggal klik suka di Fan Page di sidebar sebelah kanan. atau bisa klik disini. setelah itu akan muncul jendela pop up. klik like/jempol. atau lewat email dengan cara klik disini

2 komentar

cerita yang mendidik & menanamkan akhlak sejak dini., bacaan yg pas untuk buah hati kita,

Reply

thanks buat komentarnyaa....

Reply

Posting Komentar

komentar di sini: