Tuan Jam sedang tertidur.
Sttt... hihihi... Lobi iseng
mengepang jenggot Tuan Jam yang panjang dan menghiasinya dengan pita.
Tik tok, tik tok! Tuan Jam
terbangun.
”Huaa...! Siapa yang berani
memainkan jenggotku seperti ini?!”
Lobi mengintip dari balik
jendela depan rumah. Hihi... Ia memegangi perut menahan tawa.
”Lobi! Kau harus meminta maaf
pada Tuan Jam!” Mamah melipat tangan di dada. Ups! Sepertinya Mamah sudah tahu
apa yang Lobi lakukan.
Lobi berjalan mendekati Tuan
Jam. ”Maafkan aku, Tuan Jam,” Lobi melepaskan kepangan dan pita dari jenggot
Tuan Jam.
Tuan Jam membuang muka. Ia
masih kesal pada Lobi.
Haduuh... Lobi jadi merasa
bersalah.
”Lobi, coba bayangkan jika Lobi
yang menjadi Tuan Jam dan seorang lebah nakal memain-mainkan jenggotmu.
Bagaimana perasaanmu, Lobi?” Mamah mengajak Lobi duduk
”Besok kau harus bisa membujuk
Tuan Jam agar kembali tersenyum. Siapa berani berbuat, dia harus berani
bertanggung jawab.”
”Ya, Mah,” sahut Lobi, menurut.
Bagaimana cara membuat Tuan Jam
agar kembali tersenyum? Seharian Lobi mencari ide.
Esoknya, saat Tuan Matahari
menyinari rumah Lobi, Mamah membuka pintu kamar Lobi. ”Lobi sayang..., sudah
waktunya makan.”
Ow, kemana perginya Lobi? Tuan
Jam di ruang tamu juga tak ada.
Oo.. ohoho... Ternyata Lobi dan
Tuan Jam sedang berada di pinggir sungai. Hm.. kira-kira, sedang apa ya mereka?
”Ahaha... Lobi! Walau kau
kadang nakal, tapi aku tetap menyukaimu. Kau benar-benar anak yang cerdas. Uh,
uh, uh... segarnya... sudah lama sekali aku tidak menghirup embun pagi. Dan
baru kali ini ada anak nakal yang mau membersihkan jenggotku dengan air sungai
pagi yang segar.”
”Ini sebagai permintaan maafku
padamu, Tuan Jam.”
Tuan Jam tersenyum.
”Lobi dengarlah... Dulu, aku
pun pernah menjadi anak-anak sepertimu. Seiring waktu, aku menjadi jam dewasa
kemudian menjadi jam tua. Lalu mulailah jenggot-jenggot ini bermunculan. Suatu
saat, kau juga akan dewasa dan tua. Setelah itu, Malaikat Izroil menjemput kita
untuk kembali pada Rabb Pencipta. Gunakan waktumu untuk menggapai Rido Allah
agar kebahagiaan selalu menyertaimu.”
”Rido Allah itu, seperti apa?” tanya
Lobi, ingin tahu.
”Rido Allah itu, adalah segala
sesuatu yang Allah senang kita melakukannya.”
”Oh, begitu kah.”
”Satu lagi, Lobi kecil. Kadang
kita tidak tahu kapan Izroil menjemput kita. Ingatlah untuk selalu berbuat baik
terhadap sesama. Karena bisa jadi itulah hari terakhir kita bertemu dengannya.”
Lobi mendengarkan sembari terus
membersihkan badan dan Jenggot Tuan Jam.
”Uuuh... rasanya lelah sekali.
Mesin-mesinku sudah terlalu tua. Aku ingin beristirahat. Dahulu, aku bermimpi
untuk menjadi jam bagi orang-orang soleh di surga nanti. Hhhh.....”
Tuan Jam menghembuskan nafas
panjang dan pelan.
”Tuan Jam. Sudah. Jenggotnya
sudah bersih,” ucap Lobi.
Tuan Jam tidak bergerak.
”Uh, pasti Tuan Jam tertidur.”
Lobi mengendong tubuh Tuan Jam
kembali ke rumah.
Sesampai di rumah, Lobi
menceritakan kegiatannya bersama Tuan Jam di pinggir sungai pada Papah dan
Mamah.
”Apa tuan jam akan bangun siang
ini Mah?” tanya Lobi, ingin tahu. Rasanya ia mulai rindu dengan nyanyian
solawat Tuan Jam.
Mamah dan Papah meneteskan air
mata. Mereka berdua memeluk tubuh Lobi.
”Tuan Jam beristirahat untuk
selamanya,” bisik mamah di telinga Lobi.
By:Intan Permata
Dapatkan cerita-cerita seru lainnya dalam buku Lobi LebahSi Pemberani
Mau intip isi buku? Lihat di sini
Senang
dengan cerita di atas? Mau beragam cerita anak lainnya sebagai inspirasi kisah
berhikmah? Yok langganan artikel blog ini. Gratis!
Caranya
gampang Tinggal klik suka di Fan Page di sidebar sebelah kanan. atau bisa klik
disini. setelah itu
akan muncul jendela pop up. klik like/jempol. atau lewat email dengan cara
klik disini
6 komentar
bagus
Reply*****:nilainya
nilainya.... 1000
, thanks ya sobat atas kunjungannya
ReplyAslm.. intan.. lagi ngerintis jadi penulis yah? wah mantabh.. terus berjuang ukhti..
Replyhehe.. ngerintisnya si dah dari dulu mi... long long time ago... sejak jaman untan bisa bicara...
Replycuma.. ya.. baru bs sekarang keliatan hasilnya. (amin)
bagus// "_*
Replynasuma nacid: thanks a lot friend
ReplyPosting Komentar
komentar di sini: